Penulis

Lihat Semua
Anne Cetas

Anne Cetas

Anne Cetas mulai menulis untuk buku renungan ini sejak tahun 2004 dan menjabat sebagai editor pengelola publikasi. Ia dan suaminya, Carl, suka bersepeda bersama, dan melayani sebagai mentor dalam suatu pelayanan perkotaan.

Artikel oleh Anne Cetas

Jangan Takut

Linus, karakter dalam komik Peanuts, dikenal dengan selimut biru yang ia percaya akan melindunginya. Ia membawa selimut itu ke mana-mana dan tidak malu dengan kelakuannya. Kakaknya, Lucy, sangat kesal dengan selimut itu dan sering kali mencoba membuangnya. Ia menguburnya, menjadikannya layang-layang, dan memakainya untuk pameran sains. Linus sendiri tahu ia seharusnya tidak boleh terikat dengan selimutnya, dan sesekali meninggalkan selimut itu, tetapi selalu saja gagal.

Allah Memulihkan Kerusakan Kita

Collin dan istrinya, Jordan, berkeliling di sebuah toko kerajinan guna mencari benda seni untuk dipajang di rumah mereka. Collin merasa sudah menemukan barang yang tepat dan memanggil sang istri untuk melihatnya. Pada sisi kanan pajangan berbahan keramik itu tertulis: Kasih Karunia. Namun, pada sisi kirinya, terdapat dua retakan yang cukup panjang. “Lho, barang ini rusak!” seru Jordan sembari mencari benda serupa yang tidak rusak dari rak. Akan tetapi, Collin berkata, “Bukan rusak. Justru itu intinya. Sebagai manusia, kita semua rusak, tetapi kemudian kasih karunia itu datang—itu intinya.” Mereka pun memutuskan membeli pajangan yang retak itu. Ketika mereka hendak membayarnya, petugas kasir sempat berseru, “Oh, tidak, ini rusak!” “Ya, begitu juga kita,” bisik Jordan. 

Saling Menolong

Ketika sedang bermain basket bersama teman-teman perempuannya, Amber menyadari bahwa lingkungannya akan sangat terbantu dengan kehadiran suatu kompetisi basket antarwanita. Ia lalu mendirikan sebuah organisasi nirlaba untuk membangun kerja sama tim dan memberikan dampak kepada generasi muda. Para pemimpin organisasi bernama “Ladies Who Hoop” berjuang untuk menumbuhkan rasa percaya diri dan ketangguhan karakter kaum perempuan. Selain itu, anak-anak perempuan dan para wanita dewasa didorong untuk berkontribusi kepada pengembangan komunitas mereka. Salah seorang pemain basket senior yang sekarang sudah menjadi pembimbing berkata, “Kami merasakan kuatnya ikatan kesetiakawanan di antara kami. Itulah yang selama ini saya rindukan. Kami mendukung satu sama lain dengan berbagai cara. Saya senang melihat para gadis muda bertumbuh dan berhasil.”

Tidak Ada Kesalahpahaman

Adakalanya program Alexa, Siri, atau asisten virtual berbasis suara lain yang terpasang dalam perangkat canggih di rumah kita salah memahami ucapan dan perintah kita. Seorang anak berusia enam tahun berbicara dengan perangkat baru yang terpasang di rumahnya tentang kue kering dan rumah boneka. Tak lama kemudian, ibunya menerima e-mail yang mengatakan bahwa pesanan berupa 3 kg kue kering dan rumah boneka seharga hampir 2,5 juta rupiah sedang dikirimkan ke rumahnya. Entah bagaimana seekor burung beo yang pintar berbicara di London bisa memesan paket berisi kotak-kotak kado emas tanpa sepengetahuan sang pemilik yang tidak pernah berbelanja daring. Seseorang pernah memerintahkan program itu, “nyalakan lampu ruang tamu” tetapi dibalas dengan ucapan, “tidak ada labu di ruang tamu”. 

Sifat Kasih yang Sejati

Selama masa pandemi, Jerry terpaksa menutup pusat kebugaran miliknya dan tidak memperoleh penghasilan selama berbulan-bulan. Suatu hari ia menerima pesan singkat dari seorang teman yang meminta untuk bertemu dengannya di pusat kebugaran itu pukul 6 sore. Jerry tidak mengetahui alasannya, tetapi ia tetap pergi ke sana. Tak lama kemudian, banyak mobil mulai memasuki lapangan parkir. Pengemudi mobil pertama meletakkan keranjang di trotoar dekat gedung. Kemudian satu per satu mobil (sekitar lima puluh) datang. Para pengemudi dan penumpang mobil-mobil itu melambai-lambaikan tangan ke arah Jerry atau meneriakkan salam mereka, lalu berhenti di depan keranjang, dan memasukkan selembar kupon atau sejumlah uang tunai. Sebagian menyumbangkan uang; tetapi semua dari mereka memberikan waktu mereka untuk menyemangati Jerry.

Dengar dan Belajar

Di satu sisi jalan, seorang pemilik rumah memasang balon raksasa berbentuk elang botak yang diselubungi bendera Amerika Serikat di halaman rumahnya. Sebuah truk besar diparkir di depan garasinya. Jendela samping truk itu menampilkan gambar bendera dan bumper belakangnya dipenuhi stiker bertema patriotik. Persis di seberang jalan, di halaman rumah tetangganya, terpasang papan-papan bertuliskan slogan-slogan tentang isu ketidakadilan sosial yang sedang hangat diberitakan.

Kuasa Allah

Dokter pernah memberi tahu Rebecca dan Russell bahwa mereka tidak akan bisa mempunyai anak. Namun, Allah berkehendak lain—Rebecca pun hamil sepuluh tahun kemudian. Kehamilannya sehat; dan ketika Rebecca mulai merasakan kontraksi, keduanya bergegas pergi ke rumah sakit dengan perasaan gembira. Akan tetapi, proses persalinan yang berjalan panjang tidak kunjung mencapai puncak, dan kondisi Rebecca tidak cukup siap untuk melahirkan secara normal. Akhirnya, dokter memutuskan untuk melakukan operasi caesar darurat. Mendengar itu, Rebecca menangis karena mengkhawatirkan keselamatan dirinya dan bayinya. Namun, dengan tenang dokter berusaha meyakinkannya. Ia berkata, “Saya akan melakukan yang terbaik, tetapi marilah kita berdoa kepada Allah karena Dia sanggup melakukan lebih dari yang kita pikirkan.” Lalu dokter itu berdoa bersama Rebecca, dan lima belas menit kemudian lahirlah seorang bayi laki-laki yang sehat, yang dinamai Bruce.     

Ajaran Yesus yang Tidak Populer

Selama lima belas tahun, Mike Burden menyelenggarakan pertemuan-pertemuan yang sarat kebencian di toko kenang-kenangan yang ia kelola di sebuah kota kecil. Namun, ketika pada tahun 2012 istrinya mulai mempertanyakan keterlibatannya, hatinya melunak. Ia pun memutuskan untuk berubah setelah menyadari betapa salahnya pandangan rasialis yang selama ini dipegangnya. Kelompok militan yang selama ini bertemu di tempat Mike membalas dengan mengusir keluarganya dari apartemen yang mereka sewa dari salah seorang anggotanya.

Janji Yesus bagi Anda

Jason menangis keras-keras ketika orangtuanya menyerahkannya kepada Amy, pengasuh tempat penitipan anak di gereja. Ini pertama kalinya bocah dua tahun itu dititipkan ke tempat penitipan anak, sementara ayah dan ibunya menghadiri kebaktian—dan ia sama sekali tidak senang. Amy meyakinkan kedua orangtuanya bahwa Jason akan baik-baik saja. Ia berusaha menenangkan Jason dengan mainan dan buku, mengayunkannya di kursi goyang, berkeliling ruangan, berdiri di satu tempat, dan berbicara tentang hal-hal menyenangkan yang bisa mereka lakukan. Namun, Jason justru menangis semakin keras. Kemudian Amy membisikkan sebaris kalimat sederhana di telinga Jason: “Aku akan selalu menemanimu.” Seketika itu juga Jason merasa tenang.